3.5.09

KRISIS !?

“Manusia dihadapkan pada beberapa periode masa krisis yang demi keselamatannya menuntut kemampuan penyesuaian diri yang optimal sehingga upaya menyesuaikan diri kita berhasil baik dan kita dapat melaluinya” (Sawitri Supardi Sadarjoen ; Psikolog)

Terdapat masa-masa dalam kehidupan seseorang yang dikategorikan sebagai masa krisis yang sifatnya kompleks. Krisis yang dimaksud disini adalah goyahnya kestabilan jiwa / emosi seseorang ketika menghadapi perubahan dalam bagian kehidupannya. Dalam psikologi, membaginya menjadi dua masa krisis yang harus dilewati oleh setiap orang, yaitu :

Krisis pertama atau ‘saya menyebutnya sebagai’ awal perubahan diri. (Masa transisi anak-anak/remaja menuju masa dewasa). Pada masa ini biasanya dipengaruhi oleh percepatan perkembangan fisik yang dialami oleh seseorang. Permasalahan yang terjadi pada masa ini biasanya disebabkan beberapa faktor, seperti kesulitan dalam pemuasan dorongan dan gairah yang menggebu di satu sisi dan hambatan personal serta sosial di sisi lain; pengalaman yang masih minim; dukungan lingkungan sosial yang tidak terlalu mengembirakan juga keinginan berlebih terlalu cepat ingin mengubah kepribadiannya yang sedang berkembang. Hal ini terlihat dari tingkah laku / sikap seseorang yang terkadang kurang peduli dengan orang-orang serta keadaan di sekitarnya, ingin menjadi diri sendiri -bagian- mengikuti orang lain, munculnya sifat egois lebih mementingkan diri sendiri, tumbuhnya jiwa kreatifitas, dan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Krisis kedua yaitu saat seseorang berada pada usia tengah baya yang mengalami masa transisi dari dewasa menjadi panutan / orangtua. Yaitu ketika seseorang dituntut untuk mandiri, meninggalkan rumah, orangtua dan orang-orang terdekatnya. Pada saat bersamaan terjadi pula berbagai perubahan fisik oleh proses penuaan dan banyak masalah lainnya yang datang, seperti halnya meninggalnya orangtua yang menjadi harapan satu-satunya, perceraian dalam keluarga, penyakit, cacat atau luka fisik yang parah, pernikahan yang kurang harmonis, pemutusan hubungan kerja dan banyak lagi. Untuk itu kehidupan menuntut penyesuaian krisis yang dialami. Pada masa krisis ini kita dituntut untuk lebih bijaksana dalam menyikapi segala permasalahan dengan kedewasaan yang kita punya. Seperti melihat dengan sungguh-sungguh, dimana kita bisa lebih peduli dan simpatik dengan kehidupan yang kita dan orang lain jalani, juga mencoba lebih mengerti dan menghargai orang lain. Mempunyai loyalitas dalam bentuk dedikasi yang kita persembahkan dengan keikhlasan.

Sebuah fakta bahwa penyesuain krisis bisa bersifat alami dan terjadi beraturan maupun adanya peristiwa yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia, maka ada 3 poin penting sehubungan dengan itu :
Pertama, ada saat-saat tertentu di mana kita tidak bisa mengelak dari tragedi yang terjadi, seperti bencana alam, atau seseorang yang sudah dewasa harus berdiri di kaki sendiri, atau harus keluar dari lingkungan yang terlindung. Juga seseorang pasti tua dan akan mati sehingga tanpa bisa mengelak kita harus terpisah dengan orang-orang yang kita cintai. Untuk itu, seseorang harus siap menghadapi krisis yang bisa terjadi tanpa terdugadalam kehidupannya.
Kedua, upaya penyesuaian diri terhadap situasi krisis bisa membuat orang mendapat gangguan emosional intens, terutama bila mereka tidak mampu mengatasinya. Mereka mengalami gangguan fungsi mental dan terganggu pula aspek identitas dirinya, bahkan bunuh diri karena terserang depresi berat.
Ketiga, kehancuran kehidupan karena gagal dalam menyesuaikan diri dengan kondisi krisis dapat disebabkan oleh penurunan psikologis sehubungan dengan kondisi lingkungan sosial yang secara berlanjut menekan kehidupan seseorang, yang berdampak menurunnya kemampuan seseorang dalam mengatasi kondisi destruktif yang sedang dialami.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana cara menyiasati masa-masa krisis dalam kehidupan? Yaitu, Jagalah dan peliharalah kemampuan, kesiagaan, serta spirit hidup yang kita miliki. Di samping itu perlu disadari bahwa penyesuain diri dalam masa krisis dalam kehidupan kita yang ideal ditandai pula oleh sikap tenang, efisiensi yang terkendali, serta sikap yang tidak mudah terpengaruh oleh segala macam friksi tidak wajar dan membahayakan hidup kita.

Bahwa, sekarang saya dihadapkan atau sedang mengalami masa transisi memasuki masa krisis yang kedua. Sosok seorang dewasa dan bijaksana (hehe) yang akan berkelana sendiri meninggalkan keluarga, sahabat juga orang yang saya cintai, demi mencapai terwujudnya sebuah cita-cita, sebuah filosofi yang menjadi spirit hidupku.

[acuan] baca : Kompas, edisi Minggu, 3 mei 2009 hal. 26;Penyesuaian terhadap masa krisis



0 comments:

Post a Comment