7.3.11

Hujan (biar mimpi bercerita)

sambungan dari ..


Tak lama berselang tidurku, terdengar kumandang azan maghrib bersahutan. Ibuku mengetuk pintu kamar sembari mengingatkan waktu. Kuatur alunan napas sebelum bergegas membersihkan tubuhku dari peluh dan lalu setelahnya meluluskan satu tugas duniawi ..


Dalam perjalanan, ku bertemu seorang perempuan cantik, dia mengenakan mahkota bak putri keraton juga selendang terbuat dari sutera yang melingkar di lehernya, dia memperlihatkan tatapan dan senyuman yang sungguh menggoda, di bawah sebuah pohon cemara dia duduk melantunkan sepotong nyanyian .. yang seakan berlomba dengan beberapa burung kirik-kirik yang sedang beristirahat di pucuk-pucuk pohon cemara ..


“..everytime you touch me ..i become a hero ..

And make it sad no matter where you are .. "'


Saya terheran. Karena setahuku burung jenis kirik-kirik ini cuma ada di belahan Benua Eropa. Jenis burung yang sering berpindah tempat secara berkelompok untuk menghindari musim dingin.

Ketika ia selesai bernyanyi, dia pun mempersilahkan burung-burung tadi kembali menjalankan tugasnya “pergilah melukis langit !” serunya .. .. Aku pun memberanikan diri mendekatinya .. Tapi sebelum saya sempat memperkenalkan diri, bergegas ia menyambutku dengan tangannya sebagai salam perkenalan .. katanya dia titisan dari sebuah negeri langit untuk menemani selama perjalananku mengejar cita ..


Di teras rumah, kurenungkan apa yang baru saja diceritakan mimpi. Di luar masih mendung, hanya ada beberapa titik bintang yang mau menghiasi langit malam itu . Di luar sedang sepi, sesekali para penjual keliling bersepeda dan gerobak melintas menjajakan jualannya ..


“mas!!” memanggil salah satunya ..

“kasi’ ka bakso ta’ satu mangkuk nah” .. ku mencoba berbagi rezeki dengan salah seorang penjual bakso yang mengadu nasib ..


Sambil menunggu, ku cermati legam bahu yang tak pernah lelah .. kerut wajah yang membekas .. urat lengan yang bermunculan karena kerja keras ..


Perjalananku pun tak terasa sudah sangat jauh .. ku tak ingin berlari biar sampai lebih cepat ..

Ku tak perlu menghitung waktu, yang ku tahu sudah sangat jauh ku berlari ..

Yang pada saatnya, aku yakin pasti tiba di sana .. puncak gunung seribu cita ..

Hari-hari terlewati bersamanya .. sesaat,, dia yang menemaniku terlihat sedikit lelah dalam perjalanan .. dia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak, mencoba berunding dengan akal sehatnya .. mampukah terus mendampingiku selama dalam perjalanan? mungkin sebaris nasehat muncul dalam benaknya ..


0 comments:

Post a Comment