Malam-malam, menjelang tidur. Saya kontan tersenyum. Mengingat perjumpaan hari itu dengannya. Tidak ada yang istimewa, sebab saya yakin, esok hari atau suatu hari nanti pun kami pasti akan berjumpa lagi. Ia, sahabat itu, adalah teman saya.
Senyum saya malam itu, juga sebab mengingat sebuah hal kecil yang saya alami ketika bersamanya. Seperti halnya, dengan teman-teman dan sahabat saya. Hal sepele, namun berarti besar. Sering dilupakan dan bahkan tak lagi menjadi sesuatu hal yang penting, namun setiap kali merasakannya, pengaruhnya begitu besar. Sebuah perhatian berbentuk persahabatan dan cinta.
Dulu hingga hari ini, saya sering menganggap penting sebuah momen hari persahabatan. Mengapa? Sebab pada hari itu, sekian banyak teman dan sahabat yang menghampiri, menyalami, memeluk, dan untaian doa mereka sampaikan lewat lisan, telepon, atau hanya mengirimkan SMS. Kalau ada satu dua orang yang lupa atau tidak 'berpartisipasi', apalagi bila ia adalah teman dekat, rasanya ada yang kurang. Mungkin juga terbersit perasaan kecewa. Walaupun hanya satu hari, tapi begitu membahagiakan rasanya. Sepertinya, hari itu bertabur cinta.
Seorang sahabat, ia selalu hadir kapan saja dibutuhkan. Walau tak ada sosoknya, walau hanya untaian doa yang ia kirimkan. Seorang sahabat, memberikan banyak dan lagi tak meminta balasan apa-apa. Dulu, saya pikir, seorang sahabat yang baik adalah yang selalu mengikuti apa yang saya mau. Yang selalu mendukung segala yang saya perbuat dan lakukan. Yang memberikan dan mengajak saya untuk mendapatkan kesenangan dan lagi kesenangan. Saya beranggapan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang menempatkan kita pada derajat tertinggi ciptaanNya, yang selalu membutuhkan orang lain, yang selalu ingin dihargai, yang selalu ingin terlihat baik di mata orang lain dan di mataNya.
Suatu hari, seorang sahabat saya berkata, ‘’Senang banget deh kalau bertemu dengan teman-teman. Aku bisa melihat mereka, walau kita nggak ngobrol, tapi lihat mereka ada di sana, itu sudah membuat aku bersemangat!‘’
Ya, bukankah seorang teman yang baik adalah apabila saudaranya melihat wajahnya, maka akan mengingatkan saudaranya itu kepada Allah? Yang tak sekadar memberikan kita kesenangan dalam keseharian? Tapi juga dengan tegas mengingatkan kala kita melakukan kesalahan. Yang tak sekadar menjadikan kita teman main dan menghabiskan waktu? Tapi juga menjadi penyejuk hati dan penegur diri saat hati ini beku.
... dan rinduku untukmu
selalu berderu
dalam gairahku
menuju cinta Rabb-ku,
lewat lisanku,
sampaikan doaku-
lewat tulisanku,
sampaikan banggaku-
Perhatian-perhatian itu, cinta itu, sekarang, rasanya saya tidak bisa mendapatkannya setiap hari. Sebab ‘’persahabatan‘’ tak mengenal waktu.
--Selamat Hari Persahabatan—[13 Juli 2008]
0 comments:
Post a Comment