i don’t like Morning
Penanda waktu menunjukkan pukul 5.30. Pagi. Beradu dengan gemuruh hujan di luar sana. Azan subuh diperdengarkan beberapa menit lalu. Enggan rasanya membuka mata. Melepas hangat kantung tidur berpisah dengan tubuhku yang kecil. Serasa inilah waktu dimana pikiran memasuki zona nyamannya. Saat dimana pikiran leluasa beristirahat dari semua penat. Matahari di balik bukit sedang bersiap. Mengintipku dari kejauhan. Masih dengan hujan ini, pelangi enggan mempertontonkan warna warninya. Belum saatnya, langit sedang enggan melukis cakrawala. Sedikit menggerutu, “ahh.. gejala alam, begitu sibuknya kalian di pagi ini, sedang saya, terlelap memimpikan dia dengan kalian.”
Sementara, proses penghangatan matahari sedang berlangsung di luar sana, meninggi hingga titik terik menghampiri tengah hari, saya mulai menyeduh segelas kopi. Hujan sudah mulai rintik. Sejam yang lalu, bersamaan dengan mataku mengeja seisi kamar. Nikmat rasanya menyantap kopi ini dengan sebatang ‘mini’, hidangan penutup sarapan yang sederhana. Dulu, cuma itu yang setia mengisi kekosongan dua tahun belakangan. Teman diskusi, sebutku. Tentang gelisah, tentang takut, tentang tanda tanya.

***
Nanti, saya mesti terbiasa, bagaimanapun caranya itu harus terjadi. Musim per-guruan yang lebih tinggi segera dimulai. Bakal banyak jurus yang harus saya pelajari sebelum membawanya turun gunung berkelana di rimba raya. Anggap saja penyempurnaan dari jurus pamungkas terdahulu yang belum sempat saya gunakan. Tertanam di kepala hingga akhirnya ditumbuhi semak belukar, prihatin!
2 comments:
Tulisan ini-pengantar menuju pagi.
indahnyaaa....
Post a Comment