Sepertinya saya terlalu berharap. Menunggu hujan sepagi ini. Toh, sudah beberapa bulan, hingga hari ini, hanya ada titik-titik air yang tidak sempat bersublimasi. “Evaporasi yang berjalan sia-sia” sebut’nya’ dengan setengah tersenyum.
Bola-bola embun yang jatuh lunglai sebelum matahari terbit seperti penghibur hari saja. Setelahnya, meski tengah hari
tidak benar-benar terik, uap-uap air melayang tak kasat mata. Proses sebagaimana mestinya. Gerah. Dan, sesekali membuat saya enggan menjalani hari.
“saya lagi rindu. ajak saya melewati sore ..” pesan singkatnya, setelah hari meninggalkan siang.
“kita tunggu sampai sedikit teduh. Kamu saya jemput dimana?” sama seperti bola-bola empun tadi pagi, bisa menyempatkan diri bersamanya adalah salahsatu penghibur hari.
“sebentar lagi saya selesai dengan kuliah . hemm, ditunggu di tempat biasa yah ..”
“iya. saya akan di sana untukmu”
Saya bergegas menyelesaikan tugas yang hampir masuk waktu tenggang. Semester ini, rasanya saya terlalu sibuk dengan rasa tagih, seperti candu akan bacaan dengan bahasa yang sudah membuat nilai toeflku hanya meningkat sedikit di atas poin 400, dan pastinya angka-angka matematik dengan ilustrasi model di dalamnya. Semua berjejal di kepala dengan rindu bertemunya.
Dua jam ini, berkutat di depan laptop sungguh memedihkan mata. Berburu dengan waktu yang sudah saya sepakati dengannya, tapi juga tak ingin mengorbankan tugas ini.
“saya sudah sedia untukmu.apa kamu sudah bersiap?”
“sebentar lagi saya tiba di tempat biasa. kamu kesini, segera” balasnya seperti tergesa ..
“baik.tunggu saya ..”
Seperti biasa, dia sama terlihat anggun hari ini. Ya. Anggun. Silahkan definisikan sendiri. Bagi saya kata itu paling pantas mewakili perawakan cantik nan lembut yang dia punyai. Sedikit hampir sempurna. Atau, bila ada setara dengan sebutan itu selain ‘jelita’, rasanya tak salah bila disematkan padanya.
“apa kamu ingat dengan hari ini?” tanyanya sambil menyeduh secangkir cappucino di depannya.
“senin ?” jawabku acuh
“maksud saya, ehhm.. tak sabar dia menyeruput cappucino hangat dengan asap yang masih mengepul di udara .. seperti hari ini, tepat setahun yang lalu”
“seingat saya, setahun lalu di hari yang sama dengan hari ini.. kota Makassar diguyur hujan”
“yakin kamu cuma ingat bagian itu?apa ada bagian lain yang masih tersimpan di kepalamu” suaranya mulai meninggi, ketus dengan tanggapanku yang biasa-biasa saja. Saya lalu membakar sebatang rokok, bermaksud untuk memperkeruh suasana dengan berlagak tak tahu apa-apa dengan maksudnya.
Saya mulai menikmati seduhan milo panas diselingi gabungan cita rasa tembakau di lidahku “17.Oktober. bukankah ... senyumnya mulai mengembang. Memperlihatkan pemandangan kontras antara bibir yang merekah sempurna dengan bola mata yang tertutupi oleh kedua bulu lentiknya selamat 360 hari. Setahun lalu, ketika hujan sudah mulai rintik di penghabisan sore, kita mengikat janji. Janji yang suatu hari mendatang akan terbayarkan. Doakan kita sampai.”
“terimakasih atas doanya . saya akan setia menunggu sampai hari dimana tak ada lagi janji, yang ada hanyalah mimpi yang terwujud” tak lagi tersenyum penuh. Wajahnya melampiaskan kebahagiaan. Titik-titik air tipis melewati kelopak matanya.Bergerai
Sudah hampir malam. Saya mengantarnya kembali ke rumah. “sayangnya hari tidak sedang hujan” katanya dalam perjalanan. “mungkin tak lama lagi. Sebenarnya musim ini sudah penghujan, tapi hanya ada beberapa kali dalam sebulan ini”. Kataku sambil memegang tangannya yang melingkar penuh di pinggangku. “Rasanya ingin menari bersamamu di bawah hujan” katanya dengan sedikit tertawa “boleh juga,, kita tunggu sampai hujan datang lagi, bagaimana?” “siap bos..” lalu kami melepas tawa ..
:Setahun lalu, saat kami bertemu sehabis hujan ...cerita ini di mulai ..
COMMENT ON FACEBOOK
0 comments:
Post a Comment