6.8.11

Sawit, Solusi Masalah atau Awal Bencana (jejak 2)

Ini pagi yang cerah sekaligus hari yang bakal melelahkan pastinya. Kami sudah mulai bersiap. Hari untuk kami mulai bekerja mengambil data, ‘akuisisi’ istilah dalam terminologi ilmu kebumian. Setelah sarapan, alat yang akan digunakan untuk pengambilan data di lapangan satu per satu dinaikkan ke mobil. Set Propeller Current Meter untuk pengukuran debit sungai (Salu Leling), Kemmerer Water Sampler untuk pengambilan sampel air yaitu analisis kandungan TSS dan kekeruhan air sungai. Sampel tersebut akan dianalisis di laboratorium dengan metoda Turbidimetrik/Gravimetrik. Dan juga, beberapa rangkap kuisioner sebagai bahan acuan dan referensi untuk melihat bagaimana tanggapan masyarakat sekitar tentang keberadaan perusahaan perkebunan sawit di daerah mereka dalam berbagai aspek sosial dan ekonomi.

Setelah observasi lapangan kemarin, kami sudah menyusun rencana untuk kelancaran tugas masing masing. Saya dan Gustam sudah menentukan titik untuk lokasi pengambilan data debit air di sungai (salu) Leling yang merupakan percabangan dari salu Lumu di bagian utara kecamatan Kalumpang. Pak Ambeng dan Pak Maming akan mengambil sample air di beberapa titik di sungai yang sama .Sedang Pak Baso, Pak Muchtar dan Ancha bersosialisasi untuk kuisioner di beberapa pemukiman masyarakat yang letaknya masih dalam lahan produksi kerja perusahaan perkebunan.
***
Perusahaan perkebunan sendiri sedang membangun pabrik untuk pengolahan hasil panen sawit yang mampu memproduksi sekitar 40 ribu ton per jam nya. “Saat ini kami masih butuh pabrik pengolahan yang lebih besar dari yang kami punya sekarang. Pabrik pengolahan yang kami punya sekarang hanya mampu memproduksi sekitar 5 ton dalam per jamnya.” terang salah satu staff dari perusahaan tersebut. “Hasil dari pengolahan sawit ini akan berupa minyak mentah yang kami ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Belanda.” Minyak mentah dari sawit (CPO) akan diolah untuk berbagai macam produk, seperti bahan untuk alat medis, kosmetik, minyak goreng  sampai biodiesel.
Ada sekitar 9.350 ha yang dimiliki perusahaan perkebunan ini di daerah Kalkulassan dan Leling, sekitar 125 ha sudah dijadikan hutan konservasi. 400 ha direncanakan untuk di land clearing persiapan lahan sawit baru, kawasan hutan 6.722 ha, dan rencana perluasan lahan produksi hingga 12.000 ha.
***

Datangnya sore bersamaan dengan gerimis ketika kami bersiap kembali ke mess. Sewaktu malam menjelang, praktis jadwal makan yang paling ditunggu. Maklum lelah setelah beraktifitas seharian, sebagai gantinya lahap tak terkira sudah pasti tidak terelakkan. Tidak ada lagi waktu untuk bersenda gurau atau sekedar cerita basa basi di teras mess, setelah makan malam dan bincang-bincang renyah alakadarnya, mata menghipnosis tubuh untuk kembali ke kamar. Menyambut datangnya esok hari dengan tubuh fit itu perlu. Hari ke-tiga kami disini adalah hari dimana kami pun harus pamit pulang ke makassar.     
 Gbr. 5 tahun ke depan sawit-sawit ini akan menjadi bisnis yang menggiurkan  

0 comments:

Post a Comment